FAKTOR-FAKTOR DAN TEKNIS PEMECAHAN
PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliyah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ahmad Fatah, MSI

Disusun Oleh:
1. Ahmad Wagito 110035
2. Ajeng Putri indiarti 110036
3. Sri Hidayati 108209
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI

FAKTOR-FAKTOR DAN TEKNIS PEMECAHAN
PENGARUH PENDIDIKAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, teknologi komunikasi dan teknologi industri.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri tersebut yang berlangsung dengan sangat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap orang untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut.
Tak lepas dari itu, pendidikan Islam juga berperan penting dalam persaingan tersebut. Disinilah tantangan pendidikan termasuk pendidikan Islam diharapkan mampu menampilkan dirinya dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berdaya saing tinggi (qualified), serta menangkis asumsi bahwa Islam itu adalah teroris, atau bahkan akan menjadikannya mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut,
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan Islam itu?
2. Bagaimana teknis pemecahan pengaruh pendidikan Islam?
II. PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Islam
Pendidikan yaitu subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam. Pendidikan ini sering disebut mu’allim. Disamping itu ada pula yang menyebutnya mursyid artinya yang memberi petunjuk kepada anak didiknya.
Ada pun faktor–faktor dalam mengembangkan potensi dan yang mendukung dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
Faktor–faktor pendidikan: Menurut Imam Sutari bahwa perbuatan mendidik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, beberapa diantaranya adalah:
1. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2. Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik yang melakukan pendidikan).
3. Hidup bersama dalam lingkungan tertentu.
4. Yang memungkinkan alat-alat tertentu untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Dalam interaksi antara pendidikan dan pendidik, orang-orang yang pertama umumnya selalu mempunyai tujuan tertentu dengan pendidikan yang diberikannya. Tujuan itu bermacam-macam, seperti tujuan untuk kemerdekaan, untuk keadilan sosial, untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk agama, untuk menjadi orang-orang baik, untuk menjadi anak yang sholah, yang berwibawa, yang suci dan lain-lain.
Dari contoh tersebut, tujuan pendidikan itu lebih mengaitkan pada disposisi psikis anak didik bukan pada aspek jasmaniyah. Aspek jasmaniyah tidak dimasukkan dalam tujuan pendidikan, karena dengan perawatan yang wajar sehari-hari jasmani anak didik tidak menimbulkan masalah.[1]
B. Tehnis Pemecahan Pengaruh Pendidikan Islam
Berikut ini beberapa contoh pennnngaruh pendidikan Islam, dan teknis pemecahannya:
1. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia
Kelemahan-kelemahan sistem pendidikan Islam di Indonesia adalah karena kurikulum lembaga-lembaga pendidikan islam yang belum mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan non islam.
Menurut Arif Rahman, setidaknya ada sembilan titik lemah dalam aplikasi sistem pendidikan Islam di Indonesia;
a. Titik berat pada pendidikan aspek kognitif.
b. Pola evaluasi kurang.
c. Sistem pendidikan yang bergeser ke pengajaran.
d. Kurang pembinaan minat belajar.
e. Kurang mengharap barokah.
f. Praktek dan teori kurang kurang berimbang.
g. Tidak melibatkan semua aspek, baik masyarakat, institusi pendidikan dan pemerintahan.
h. Ustadz atau guru lebih pada profesi kemanusiaan bukan profesi ilmiah.
i. Problem nasional yang multidimensional.
Untuk mengantisipasi berbagai keluhan di atas, hendaknya dilakukan berbagai hal berikut:
Pertama, orientasi pendidikan harus lebih ditekankan kepada aspek afektif dan psikomotorik. Artinya, pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan karakter peserta didik dan pembekalan keterampilan, agar setelah lulus dari pondok pesantren atau madrasah, mereka tidak mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dari pada hanya sekedar mengendalikan pengetahuannya.
Kedua, dalam proses belajar mengajar, ustadz atau guru mengembangkan pola student oriented, sehingga terbentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif dan inovatif pada diri peserta didik.
Ketiga, guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti sebenarnya, tidak hanya sebatas pengajaran belaka. Artinya proses pembelajaran peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan siswa bukan sekedar transfer of knowledge, harus meliputi transfer of value and skill dan pembentukan karakter (character building).
Keempat, perlunya pembinaan peningkatan motivasi belajar pada anak didik, dengan misalnya memberikan hadiah jika nilai hasil belajar mereka baik.
Kelima, harus ditanamkan pola pendidikan berorientasi proses, dimana proses lebih penting dari pada hasil. Keberkahan bukan semata-mata jatuh dari langit, tetapi harus didampingi dengan usaha kemudian tawakal.
Keenam, menyeimbangkan antara teori dengan praktek dalam implementasinya agar ilmu dapat bermanfaat di dunia dan akhirat.
Ketujuh, perlunya dukungan dan partisipasi yang komprehensif terhadap praktek pendidikan.
Kedelapan, guru harus benar-benar menjadi guru yang profesional dan mengembangkan diri lebih cerdas.
Kesembilan, pemerintah harus memberikan porsi yang berimbang dan memperhatikan lembaga pendidikan Islam.
2. Problematika Modernitas
a. Memunculkan pribadi yang miskin konsep spiritual (spelt personality and spelt integrity).
b. Kecenderungan kehidupan yang materialistik-individualistis.
c. Frustasi eksistensial (existential frustration).
1) Eksistensi Tuhan hanya di dalam pemikiran.
2) Hasrat lebih dalam berkuasa.
3) Bersenang-senang mencari kenikmatan.
4) Perasaan hidup tanpa makna (unmeaning full).
Adapun teknis pemecahannya adalah sebagai berikut:
a. Secara konsep:
1) Religius Skilfull (keterampilan agama).
2) Religius Community Leader.
3) Religius Intelektual.
b. Upaya:
1) Memanfaatkan teknologi sebagai alat perjuangan.
2) Meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kokoh (spiritual, moral, intelektual, sosial).
3) Perombakan sistem pendidikan Islam (paradigma, konsep, kerangka dan evaluasi)
3. Kecenderungan Under Privilege terhadap pendidikan Islam (pendidikan Islam dinomor duakan)
a. Lembaga dan SDM pendidikan Islam secara kuantitas meningkat, tetapi mutu dipertanyakan.
b. Sistem Pendidikan Islam orientasi pada masa lampau.
c. Kurang professional.
d. Eksistensi lembaga pendidikan Islam belum bisa merespon kebutuhan global.
Adapun teknis pemecahannya adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan SDM dan manajemen lembaga.
b. Sistem pendidikan Islam harus berorientasi masa depan.
c. Meningkatkan profesionalitas.
d. Kontekstualisasi lembaga pendidikan Islam.
4. Paradigma umat Islam terhadap pemahaman mereka tentang pendidikan Islam itu sendiri.
Banyak umat Islam yang tidak mengetahui apa itu pendidikan Islam yang sebenarnya.
Pendidikan islam sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian hidupnya di akhirat. Dalam hal ini pendidikan sangat bergantung pada pemegang alat tersebut yaitu pendiik. Dengan demikian maka para pendidik memegang posisi kunci yang banyak menentukan keberhasilan proses pendidikan.[2]
Untuk memperoleh suatu keberhasilan dalam proses pendidikan Islam, diperlukan adanya ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam, dikarenakan:
a. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang.
b. Islam sebagai agama wahyu dengan tujuan untuk mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, seharusnya umat Islam sadar akan pentingnya pengetahuan tentang pendidikan Islam itu sendiri.
III. SIMPULAN
1. Faktor-faktor yang mempegaruhi pendidikan islam adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan dan alat-alat pendidikan.
2. Problematika pendidikan Islam itu, timbul karena kurangnya pemahaman tentang pendidikan Islam itu sendiri.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1993)
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 1999)
Soemanto, Wasly. Psikologi Pendidikan. Semarang: PT Rineka Cipta, 2006.
terimakasih telah di share, salam staip :)
BalasHapus